Selasa, 18 Juni 2013

Tak ada PUISI lagi,

Bukannya malam tak berujung....
Hanya geliat sang waktu dari senja berganti pagi,
selalu kusaksikan rona merah, abu dan gulitanya.
Seperti halnya kutemani mimpi mimpimu.

Dan aku meraba kertas putih terlipat,
mencari celah dimana bisa kutuliskan pena patahku.

Yah, ada diujung atas kiri bernoda minyak nabati.
Ujung penaku menggores canggung,
SELAMAT TINGGAL SYAIR GELORA JIWAKU,

Mungkin kau simpan penasaranmu...
mungkin kau kemas rapi pertanyaanmu,
Seperti kau terbiasa begitu.
Aku memahamimu...


Hanya karenamu, aku tak butuh puisiku lagi...
Hanya karenamu, kertas tak perlu lagi.
Hatimu adalah lembaran hidupku...
Jiwamu adalah senandung puisiku.

Dirimu adalah puisi semesta raya...
Dirimu adalah syair Ilahiah,
Yang membawaku mencium wangi syurga...
Yang membuatku mampu berbalas pantun dengan Tuhanku,


Aku mencintaimu tanpa harus berpuisi...
Karena dirimulah, PUISI sejati.

Seperti gemulai sang gadis menimang ikan kesayangannya...
Berdendang, aku tak perlu berpuisi lagi...!